Jakarta – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang dipicu oleh kebijakan Presiden AS, Donald Trump, diprediksi akan memberikan dampak positif bagi Indonesia. Setelah terpilih kembali sebagai Presiden, Trump segera menerapkan tarif impor hingga 25% untuk sejumlah barang dari China, yang berdampak pada keputusan banyak perusahaan untuk memindahkan produksi mereka keluar dari China dan mencari alternatif lokasi di negara lain, termasuk Indonesia.
Tjertja Karja Adil, Kepala Administrator Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, mengungkapkan bahwa kondisi ini menjadi peluang besar bagi Indonesia. “Kita mendapatkan berkah dari situasi ini. Begitu Trump terpilih lagi, banyak investor asing yang datang ke kantor kami untuk menyampaikan rencana relokasi pabrik-pabrik mereka yang sebelumnya ada di China,” ujarnya dalam acara media gathering di Menara Batavia, Jakarta Pusat, Kamis (27/2/2025).
Menurut Tjertja, perusahaan-perusahaan yang tetap bertahan di China akan menghadapi beban pajak yang lebih tinggi akibat kebijakan tarif AS. Banyak investor yang melihat relokasi ke Indonesia sebagai langkah strategis untuk menghindari biaya tinggi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Juliani Kusumaningrum, Direktur Eksekutif KEK Kendal, menjelaskan bahwa meskipun perang dagang sudah dimulai sebelum Trump menjabat, kondisi ini diperkirakan akan berlanjut dalam waktu yang lama. “Sejak sebelum Trump menjabat, perang dagang sudah mulai berlangsung. Berbagai sektor industri sudah dikenakan tarif impor yang bervariasi antara 10% hingga 25%. Ke depannya, kami memprediksi situasi serupa akan terus berlanjut,” kata Juliani.
Juliani menekankan pentingnya Indonesia untuk memanfaatkan peluang ini, tidak hanya dari investor China, tetapi juga dari negara-negara lain. Keunggulan Indonesia terletak pada kenyataan bahwa barang yang diproduksi di Tanah Air tidak dikenakan tarif saat diekspor ke AS. Selain itu, Indonesia juga memiliki pasar domestik yang sangat besar dengan populasi sekitar 280 juta jiwa, yang menjadi daya tarik tambahan bagi investor.
Saat ini, fase pertama pengembangan KEK Kendal seluas 1.000 hektare sudah hampir penuh dengan sekitar 90% lahan terisi. Untuk mengakomodasi lebih banyak investor yang akan pindah ke Indonesia, rencana pengembangan fase kedua seluas 1.200 hektare tengah dipersiapkan.
Dengan berbagai keuntungan yang ditawarkan, Indonesia diprediksi akan menjadi tujuan utama bagi relokasi industri global, berkat situasi geopolitik yang mendukung dan pasar yang menjanjikan.
Penulis : Indonesia Terkini
Editor : Indonesia Terkini
Sumber Berita : detikfinance